1.6.11

diriku dengan malaikatku..

Kutarik selimutku. Mencoba mememjamkan mata. Yang kulihat hanyalah gambaran mahluk-mahluk laut sedang berkeliaran kesana kemari terombang-ambing oleh gerakan gelombang air yang tidak berirama.

Sebenarnya aku ingin tidur. Aku ingin tertidur di bawah iringan doa para malaikat penjaga. Namun akhir-akhir ini, hubunganku dengan mereka sedikit tegang. Kekakuan yang ingin kuhindari. Wajah masamnya terus terlihat hingga kini, sungguh pemandangan yang menyesakkan dada.

"Aku minta maaf pada kalian," bisikku lirih. "Aku sungguh meminta maaf."

"Maaf, karena disaat yang sama aku harus berpura-pura dalam kesadaranku menafikkan keberadaan kalian yang berdiri tegak menatapku nanar."

Kalian telah berteriak kerasa di telingaku hingga nyaris membuatku tuli. Membentakku sekuat tenaga. Aku kehabisan akal. Semua telah kukuras dalam ketakberdayaan. Aku menyerah. Pada akhirnya berduka, dalam penyesalan...
Penyesalan yang belum mampu kuperjuangkan sepenuh hati. Dalam ikatan nadi dan jalannya darah, aku memilih menjauh sejenak. Memang tak seindah yang terbayang. Hayalan, ilusi, kenangan, dan ingatan, semuanya terintegrasi dalam dunia utopis. Imajiner sifatnya. Tak dapat disentuh. Karena tak ada, itulah kenyataannya.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar